lkpkorean.blogg.se

Contoh angket evaluasi program adalah israel
Contoh angket evaluasi program adalah israel








contoh angket evaluasi program adalah israel

Pada proses perkembangannya, kedua jenis kompetensi itu saling mempengaruhi satu sama lain –yang kemungkinan besarnya adalah saling menguatkan– sekalipun tidak dapat dikatakan bahwa seseorang akan mesti memiliki kemampuan yang sama dalam setiap ranahnya. Ke dalam kelompok yang pertama, kita bisa memasukkan keterampilan menyimak ( listening) dan membaca ( reading), dan ke dalam kelompok yang kedua keterampilan berbicara ( berbicara) dan menulis ( writing).

contoh angket evaluasi program adalah israel

Secara sederhana, kemampuan/kompetensi berbahasa seseorang dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yakni kemampuan reseptif (menerima), dan yang kedua kemampuan produktif. Pendidikan Kedwibahasaan dan Kompetensi Berbahasa Prinsip-prinsip itu dikembangkan dalam kerangka berfikir bahwa fungsi utama bahasa adalah untuk menyampaikan maksud dalam konteks-konteks tertentu.Ģ.0. Lebih dari itu, pada makalah ini akan disajikan sejumlah prinsip dari model pendekatan pragmatik yang dapat diterapkan baik oleh para orang tua di rumah ataupun guru bahasa asing di sekolah dalam melaksanakan program pendidikan kedwibahasaan bagi anak-anaknya. Makalah ini akan mengupas sejumlah pemikiran tentang manfaat pendidikan kedwibahasaan yang diberikan sejak dini kepada para siswa. Lalu, masyarakat menjadi khawatir jangan-jangan praktek pengajaran kedwibahasaan yang kini mulai digulirkan di sekolah tingkat rendah itu justru akan menambah beban belajar para siswa, atau bahkan akhirnya menghambat perkembangan intelektualnya. Sejumlah penyebab, kemudian, dikemukakan untuk menjelaskan kegagalan itu, mulai dari status bahasa Inggris di dalam masyarakat, minat dan motivasi siswa yang rendah, keterbatasan sumber, media, dan fasilitas belajar, rendahnya kompetensi guru, model mengajar yang tidak tepat, dan sejumlah alasan lainnya. Alih-alih berita baik, kita senantiasa membaca bahwa sejauh ini, pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris dikategorikan gagal dalam menjadikan para siswa mahir berbahasa Inggris, sekalipun mereka telah belajar selama enam tahun sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama hingga lulus sekolah menengah atas.

contoh angket evaluasi program adalah israel

Padahal, di lain pihak, sampai sejauh ini kita belum pernah disodori data yang menggembirakan tentang keberhasilan pengajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah menengah kita. Hal ini, bagaimanapun, dapat dipandang sebagai salah satu bentuk “reaksi” masyarakat terhadap dilegalkannya pengajaran bahasa Inggris di tingkat rendah oleh pemerintah (UU no 2 tahun 2002 tentang Sisdiknas). Ramainya pembicaraan di dalam masyarakat kita tentang pendidikan dan pengajaran kedwibahasaan ( bilingual education) akhir-akhir ini nampaknya dipicu oleh maraknya praktek pengajaran bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, di sekolah-sekolah tingkat rendah, baik pra-sekolah maupun sekolah dasar. Prinsip-prinsip itu dikembangkan dalam kerangka berfikir bahwa fungsi utama bahasa adalah untuk menyampaikan maksud dalam konteks-konteks tertentu. Lebih dari itu, pada makalah ini akan dibeberkan sejumlah prinsip dari model pendekatan pragmatik yang dapat diterapkan guru bahasa asing di sekolah dalam melaksanakan program pendidikan kedwibahasaan untuk mengembangkan kompetensi berbahasa siswa-siswanya. Makalah ini menyajikan pemikiran tentang manfaat pendidikan kedwibahasaan yang diberikan sejak dini kepada para siswa. Kekhawatiran tersebut sangat wajar mengingat data tentang pelaksanaan pengajaran bahasa asing/Inggris di sekolah-sekolah menengah kita sampai saat ini masih menunjukkan kepada sisi-sisi ketekberhasilan proses belajar-mengajar yang terjadi selama ini. Akibatnya, perkembangan intelektual para siswa pun dikhawatirkan menjadi tidak optimal. Fokus pembicaraan biasanya melingkar di seputar kekhawatiran orang tua (bahkan juga para guru) bahwa pelaksanaan pendidikan bahasa asing pada tingkat rendah tersebut akan mengganggu proses perkembangan kebahasaan, terutama bahasa ibu, para siswa yang memang belum stabil. Akan tetapi, justru baru akhir-akhir ini ramai dibicarakan tentang pelaksanaan pendidikan kedwibahasaan tersebut, terutama seiring dengan maraknya program pengajaran bahasa asing (baca: Inggris) di pendidikan tingkat rendah, baik pra-sekolah maupun sekolah dasar. Di samping fasih menggunakan bahasa ibu/pertama, kebanyakan anggota masyarakat diIndonesiajuga piawai menggunakan bahasa Indonesia atau bahkan bahasa asing seperti Inggris, Arab, Belanda, dan sebagainya. Secara faktual, masyarakatIndonesiasebenarnya adalah masyarakat yang sudah sejak lama menganut sistem dwi- bahkan multibahasa.










Contoh angket evaluasi program adalah israel